A. Latar Belakang
Literasi lingkungan adalah sebuah kemampuan dalam memahami dengan sadar tentang lingkungan. Konsep literasi lingkungan tidak hanya sekedar mampu mendefinisikan tentang arti lingkungan, namun juga mampu menumbuhkan rasa memiliki terhadap lingkungan. Literasi lingkungan mengacu pada pengetahuan tentang mekanisme bagaimana alam bekerja dan peran manusia dalam menjaga keberlangsungan lingkungan (Meilinda, Prayitno, dan Karyanto, 2017). Definisi literasi mencakup beberapa dimensi antara lain: kognitif, afektif, sosial-budaya, sejarah-budaya, kreatif dan astetik (Kennedy dkk, 2012).
Seiring dengan semakin rendahnya kesadaran lingkungan pada masyarakat, upaya membangun literasi lingkungan merupakan sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar. Hal ini seiring dengan semakin banyaknya masalah lingkungan yang muncul akibat pembalakan liar dan penggunaan sumber daya alam yang berlebihan tanpa disertai dengan proses konservasi yang berkelanjutan (Nasution, 2016) mencerminkan rendahnya kesadaran manusia terhadap lingkungan. Hal ini berdampak pada tingginya polusi udara, air, dan tanah, meningkatnya temperatur lingkungan, terjadinya banjir pada saat musim penghujan, dan sulitnya mendapatkan air bersih pada saat musim kemarau.
Upaya membangun literasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah mengintegrasikan literasi lingkungan dalam pembelajaran. Hal ini sangat potensial dilakukan karena guru memiliki tanggung jawab dalam menginformasikan dan membangun kesadaran siswa bahwa pemahaman terhadap lingkungan menjadi dasar dari sikap untuk dapat memecahkan masalah lingkungan (Nasution, 2016). Melalui pembelajaran yang terintegrasi dengan lingkungan sangat memungkinkan keberhasilan dalam membangun literasi lingkungan pada siswa.
Permasalahan mendasar yang ingin dibahas pada tulisan ini adalah bagaimana bentuk integrasi pembelajaran IPA dengan lingkungan sehingga mampu membangun literasi lingkungan pada siswa? Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan bagi guru dalam memerankan IPA sebagai materi pembelajaran yang potensial dalam membangun sikap dan perilaku.
B. Peran Pembelajaran IPA dalam Membangun Literasi Lingkungan
Berbicara tentang IPA atau sains tidak bisa lepas dari apa yang selalu kita lakukan dalam kehidupan sehari-sehari. Semua proses hidup dan kehidupan selalu berkaitan dengan IPA. Mulai dari proses yang sederhana hingga proses yang kompleks, konsepsi IPA selalu hadir. Mulai dari alat-alat sederhana hingga pesawat canggih, mulai dari air hingga senyawa kompleks. Mulai dari mikroorganisme hingga tata surya dan galaksi yang sangat luar biasa.Tanpa disadari secara tidak sengaja kita sudah belajar tentang IPA saat berinteraksi dengan alam dan lingkungan. Tanpa sadar kita menemukan sesuatu dari apa yang kita lakukan walaupun kadangkala bersifat coba-coba. Seringkali kita meniru perilaku hewan dan tumbuhan sebagai representasi kehidupan karena mengandung nilai-nilai baik dan kita yakini benar. Alam memberikan inspirasi besar bagi manusia yang mau berpikir.
Terkait dengan proses IPA, kita sering melakukan hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering bertanya, bagaimana air bisa meresap naik dan dinding rumah bagian atas tampak basah dan catnya mengelupas? atau saat kita melihat sebutir telur ayam yang bisa tenggelam di air tawar dan menjadi terapung di air asin, bagaimana besi bisa berkarat? Serta masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul terkait dengan fenomena-fenomena alam yang selalu kita jumpai. Namun sayang, pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya muncul selintas dan kita abaikan karena kita anggap sebagai sesuatu yang wajar dan seperti itulah yang terjadi. Kita enggan berfikir lebih dalam tentang semua fenomena alam yang sebenarnya merupakan sumber belajar yang sangat kaya.
C. Peran Guru IPA dalam Membangun Literasi Lingkungan
Peran kita sebagai pendidik dan pengajarpun kurang kritis dalam menyikapi hal-hal yang terjadi disekitar kita. Pembelajaran IPA hanya bersifat normative, informative dan tekstual yang masih jauh dari hakekat IPA. Antara guru dan siswa tidak dapat menemukan manfaat sebenarnya tentang apa yang sedang mereka pelajari dan apa kaitannya dalam kehidupan nyata. Sebagian besar guru dan siswa dengan patuh mengikuti setiap informasi dari buku dan mengkomunikasikan apa adanya sehingga proses pembelajaran IPA hanya berisi cerita dan sulit dimaknai. Pada sekolah-sekolah yang masih menggunakan pendekatan konvensional, pembelajaran IPA masih disajikan sebagai fakta, prinsip-prinsip dan definisi yang kaku, disampaikan secara berurutan dan dipisahkan oleh disiplin ilmu dan topik. Belajar IPA dilakukan oleh guru dan buku teks dan siswa diharapkan dapat menguasai topik dengan mendengarkan dan membaca (Kober, 2000). Siswa tidak ubahnya seperti mesin foto copy yang mem-paste semua informasi dari guru tanpa diberikan kesempatan untuk berfikir dan berkreasi dengan apa yang dipelajari. Proses belajar hampir tidak pernah terjadi, karena tidak disertai dengan perubahan perilaku yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Walaupun saat sekarang sudah banyak terjadi perubahan dalam dunia pembelajaran IPA, namun hasil penilaian kemampuan siswa Indonesia dalam hal literacy science masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia menduduki peringkat 67 dari 68 negara dengan skor 382 (PISA, 2012). Hasil ini merupakan bahan refleksi untuk memperbaiki kinerja pembelajaran IPA yang harus didasari dengan pengetahuan tentang hakekat IPA dengan memperhatikan isu-isu global dan kreatif dalam mengembangkan pembelajaran IPA yang lebih bermakna khususnya dalam hal kemampuan menyelesaikan masalah lingkungan. Keterampilan-keterampilan dasar maupun tingkat tinggi harus dilatihkan melalu kegiatan scientific sehingga IPA tidak hanya dilihat sebagai materi pelajaran namun menjadi jiwa dari pengetahuan (soul of knowledge).
Ketajaman dalam membedah fenomena alam sebagai sumber inspirasi dalam belajar perlu untuk dikembangkan terus menerus sehingga belajar IPA dapat dinikmati sebagai sebuah proses menarik yang menjadi “wahana rekreasi berfikir” dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan siswa akan sadar bahwa alam merupakan anugerah terindah yang harus dijaga, dirawat dan dilestarikan.
Dalam mengintegrasikan litersi lingkungan dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan mengidentifikasi KI-KD potensial dalam materi pembelajaran IPA. Langkah-langkah yang dapat diambil antara lain: pengembangan kompetensi sikap, penyelarasan kompetensi, proses pembelajaran berpikir, dan pengembangan literasi melalui kompetensi dasar (Kusmana, 2017). Selain itu, guru juga dapat memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran yang autentik dalam mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah yang terkait dengan lingkungan. Misalnya memanfaatkan sedotan plastik bekas sebagai bahan pembuat model rangka tubuh manusia. Melalui proses IPA yang terintegrasi dengan lingkungan akan mampu membentuk pengetahuan dan sikap IPA yang berorientasi pada lingkungan.
D. Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil paparan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi lingkungan sangat penting ditanamkan bagi siswa. Hal ini bertujuan untuk membangun sikap peduli lingkungan serta mampu memanfaatkan semua potensi lingkungan secara arif dan bijaksana. Upaya untuk membangun literasi lingkungan dapat dilakukan melalui pembelajaran IPA karena IPA memiliki karakteristik mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan lingkungan. Selain membangun pengetahuan, pelajaran IPA juga mampu membangun sikap memiliki terhadap lingkungan dan selalu berusaha menjaga lingkungan. Konteks ini akan mampu mereduksi berbagai masalah lingkungan yang akan merugikan masyarakat.
E. Daftar Pustaka
Kober, N. 2000. Ed_talk What We Know About Science Teaching and Learning. Washington DC. Council for Educational Development and Research.
Kennedy, E., Dunphy ,E., Dwyer, B., Hayes, G., McPhillips, T., Marsh, J., O’Connor, M., & Shiel, G. 2012. Literacy in Early Childhood and Primary Education (3-8 Years). NCCA.
Kusmana, S. 2017. Pengembangan Literasi dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Diglosia. Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia. Vol, 1., No 1.
Meilinda H, Prayitno B.A, Karyanto P. (2017). Student's Environmental Literacy Profile of Adiwiyata Green School in Surakarta, Indonesia. Journal of Education and Learning. Vol. 11 (3) pp. 299-306.
Nasution, R. 2016. Analisis Kemampuan Literasi Lingkungan Siswa SMA Kelas X di Samboja dalam Pembelajaran Biologi. Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 352-358
PISA, 2012. Performance of US 15-Year-Old Students in Mathematics, Science, and Reading Literacy in An International Context.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar